Sabtu, 18 Mei 2019

Kita Bisa Belajar Saham Dari Podcast Lho! Gimana Caranya?

Halo teman-teman semua. Artikel kali ini berbeda karena saya tidak menulis tentang belajar saham. Kali ini saya ingin memberitahu kepada teman-teman tentang podcast karena saya saat ini mulai mencoba untuk berbagi ilmu saya melalui podcast selain dari blog ini. Saya tertarik untuk membuat podcast karena selama ini saya sering mendengarkan podcast belajar saham. Cukup banyak sumber belajar yang bisa kita dapatkan dari podcast. Tapi sumber tersebut kebanyakan bersumber dari podcaster luar negeri yang berbahasa inggris sehingga rasanya sulit bagi beberapa orang yang kurang lancar berbahasa inggris untuk mendapatkan ilmu dari podcaster luar negeri. Maka dari itu saya ingin membuat podcast belajar saham sebagai salah satu referensi untuk anda yang sedang belajar saham namun tidak lancar berbahasa inggris. Podcast saya bisa di dengarkan melalui link ini: Calon Investor Sukses di Spotify dan di Anchor.


Bukan hanya sedikitnya jumlah podcaster dalam negeri yang membahas tentang belajar saham, tapi pendengar podcast pun kelihatannya masih sedikit jumlahnya. Mungkin banyak orang mendengarkan lagu melalui Spotify tapi dari sekian banyak penikmat musik di Spotify hanya sedikit yang mendengarkan podcast. Padahal sebenarnya untuk saya pribadi dan beberapa orang yang nyaman belajar melalui indra pendengaran, media podcast ini sangat bermanfaat sebagai media berbagi ilmu. Ya walaupun menonton video di YouTube lebih bagus mendapatkan pengalaman audio visual daripada hanya sekedar mendengarkan podcast. Tapi ada kelebihan tersendiri ketika mendengarkan podcast yaitu kita bisa mendengarkan podcast sambil menutup mata. Kalo kita ngantuk kita tidak bisa memaksakan diri menonton video di YouTube. Tapi kalo kita ngantuk kita bisa mendengarkan podcast sambil merem. Kalo takut ketiduran bisa atur timer untuk mematikan podcast atau mematikan HP dalam beberapa menit.

Pengalaman saya pribadi pertama kali mendengarkan podcast karena selama ini saya penikmat musik di Spotify. Setelah saya tau kalo di Spotify bisa mendengarkan podcast saya mencoba mencari podcast tentang Warren Buffett dan ternyata ada podcast dimana Warren Buffett berbicara tentang investasi saham. Dari situ saya mulai mencari-cari podcast lain tentang belajar saham. Salah satu podcast yang saya temukan adalah podcast yang berjudul Value Investing Podcast oleh Jun Kim, CFA. Salah satu episode dari podcast tersebut adalah episode yang membahas buku "Common Stocks Uncommon Profits" karya Philip Fisher dan saya menjadi lebih paham isi buku itu setelah mendengarkan podcast tersebut. Sebagai sumber belajar tambahan selain buku, podcast cukup membantu saya dalam meningkatkan ilmu saya tentang investasi saham.


Saya ingin coba menjelaskan bagaimana cara mendengarkan podcast bagi anda yang belum tau tentang Spotify, Anchor, dan sebagainya. Terutama saya ingin menjelaskan cara mendengarkan podcast melalui Spotify karena untuk saat ini podcast saya baru tersedia di Spotify dan Anchor.

Cara mendengarkan podcast di Spotify
Bagi anda yang belum tau apa itu Spotify, Spotify adalah sebuah platform untuk mendengarkan musik dan podcast. Aplikasi ini bisa digunakan dengan gratis dan bisa juga menikmatinya dengan membayar fitur premium dengan kelebihan tidak ada iklan, bisa skip lagu sepuasnya, bisa mendownload lagu sepuasnya dan bisa mendengarkan lagu yang berlabel VIP. Tapi secara umum semua orang bisa mendengarkan lagu dan podcast di Spotify. Khusus podcast tidak ada iklan dari Spotify tapi terdapat iklan dari pihak ketiga yang bekerja sama dengan beberapa podcast berupa pesan sponsor di dalam episodenya.


Untuk mendengarkan Spotify, anda bisa mendengarkannya di Website Spotify atau download aplikasi Spotify di Play Store atau Apps Store. Lalu setelah itu anda harus daftar membuat akun terlebih dahulu di sini atau bisa juga langsung login dengan akun Facebook di sini. Setelah itu jika ingin mendengarkan lagu anda bisa langsung akses ke sini dan untuk mendengarkan podcast bisa di bagian ini. Jika anda ingin mendengarkan podcast saya anda bisa klik link ini atau bisa juga anda cari di kolom search dan ketik "Calon Investor Sukses" langsung ketemu podcast tersebut. dan anda bisa memilih episode mana yang ingin anda dengarkan di podcast tersebut.

Cara mendengarkan podcast di Anchor
Selain Spotify, anda juga bisa mendengarkan podcast di Anchor. Anchor ini berbeda dengan Spotify karena Anchor ini aplikasi yang memang dikhususkan mendengarkan podcast dan untuk membuat dan mendistribusikan podcast. Dari sini lah saya membuat dan mendistribusikan podcast yang saya buat. Anda bisa mendengarkan podcast Calon Investor Sukses langsung di Anchor melalui link ini. Di situ anda bisa langsung mendengarkan podcast tanpa harus login terlebih dahulu.


Untuk sementara podcast saya hanya tersedia di dua sumber tersebut. Nanti akan saya update lagi apabila podcast saya sudah tersedia di platform lainnya. Atau apabila sudah tersedia di platform lain, langsung ada link yang tersedia di Anchor di bagian 'listen in your favorite app'.

Sekian artikel kali ini. Saya akan tetap menulis blog ini walaupun jarang dan semoga dengan adanya podcast yang saya buat sebagai tambahan sumber berbagi imu bisa memberikan manfaat kepada teman-teman semua.

Terima kasih.

Rabu, 01 Mei 2019

Langkah Awal Mencari Saham Unggulan | Daftar Efek Investment Student (DEIS)

Menaiki tangga harus menginjak anak tangganya satu per satu. Artikel ini adalah salah satu anak tangga.
Halo semuanya. Belakangan ini saya sedang kembali lagi memantau saham-saham yang masuk ke dalam daftar pantauan saya. Ada beberapa saham yang saya pilih untuk saya pantau. Dan dari daftar saham tersebut saya memilih beberapa saham untuk saya analisa. Setelah saya analisa lalu saya akan menentukan apakah akan memasukkannya ke dalam portofolio saya atau tidak. Sebagai ganti dari artikel cerita tentang portofolio saya yang sudah lama tidak saya tulis, saya akan menuliskan daftar saham yang masuk ke dalam screener pribadi saya. Dan mungkin ke depannya saya tidak akan lagi menulis cerita tentang portofolio saya, melainkan menulis update tentang daftar saham dari screener yang saya bikin sendiri, itupun akan jarang juga. Saya menggunakan screener di Stockbit yang bisa diakses dengan berlangganan Stockbit Pro (bukan promosi ya). Kalau OJK dan DSN-MUI mempunyai Daftar Efek Syariah (DES) yang berisi saham-saham syariah yang halal untuk dibeli. Sementara yang saya punya adalah Daftar Efek Investment Student (DEIS) yang berisi saham-saham yang masuk screener saya.

Tapi sebelumnya saya ingin menjelaskan bahwa daftar saham ini hanyalah tahap awal dalam menentukan keputusan investasi. Daftar saham ini bukan acuan mengenai saham-saham apa yang bagus dan layak untuk dibeli, melainkan ini hanya saham-saham yang saya dapatkan dari hasil penyaringan dengan menggunakan beberapa indikator. Mungkin jumlah saham yang ada di dalam daftar ini berubah-ubah karena saya tidak menetapkan jumlah sahamnya. Tapi biasanya jumlah sahamnya berkisar antara 50 - 100 saham. Kalau IHSG sedang anjlok otomatis sahamnya nambah karena banyak saham yang earnings yield-nya meningkat. Pertama-tama saya jelaskan dulu indikator apa saja yang saya gunakan. Jangan langsung geser ke bawah supaya paham kenapa saham-saham yang ada di bawah bisa masuk ke dalam DEIS.


Indikator apa saja yang saya pakai?



Interest Coverage Ratio (ICR)
Rasio ini berguna untuk melihat seberapa besar laba perusahaan sebelum pajak dan bunga (EBIT) untuk membayar beban bunga hutang yang dimiliki perusahaan. Fungsinya sejenis dengan rasio Debt to equity (DER) untuk melihat kesehatan keuangan perusahaan. Tapi rasio ini lebih spesifik dari DER karena tidak hanya melihat jumlah hutang tapi juga melihat kemampuan perusahaan dalam membayar bunga hutang. Saya menetapkan rasio ICR lebih besar dari 3 karena apabila ICR perusahaan sebesar 2 artinya setengah dari laba perusahaan dihabiskan untuk membayar bunga hutang. Angka 3 pun sebenarnya masih terlalu rendah. Paling tidak di atas 4 sudah lumayan bagus. Tapi untuk melonggarkan screening saya tetapkan angka 3 agar pilihan saham sedikit lebih banyak. Untuk analisa lebih lanjut bisa saja perusahaan yang memiliki ICR 3 juga bagus apabila perusahaan tersebut memang memiliki keunggulan kompetitif yang bisa diandalkan.

Rumus Sakti Joel Greenblatt
Hasil gambar untuk magic formula greenblatt
gambar dari stockpedia.com
Indikator utama yang saya pakai adalah earning's yield dan ROC Greenblatt. Penjelasan tentang dua rasio tersebut ada di artikel ini. Intinya rumus yang disebut oleh Joel Greenblatt sebagai rumus sakti tersebut membantu untuk menemukan perusahaan yang bagus yang bisa dibeli pada harga yang murah. Earning's yield fungsinya sama seperti PER yaitu sebagai rasio valuasi relatif untuk mencari perusahaan yang murah. Sedangkan ROC sama seperti ROE yang berfungsi untuk melihat seberapa besar tingkat balik modal perusahaan untuk mencari perusahaan yang bagus. Saya menetapkan angkat 10% dalam screener saya untuk ROC dan earning's yield. Jadi perusahaan yang masuk ke dalam DEIS adalah saham-saham yang memiliki ROC dan Earning's yield lebih besar dari 10%.


Tindakan analisa lebih lanjut terhadap rasio ROC adalah melihat seberapa stabil ROC dan pertumbuhan laba perusahaan. Jika stabil maka angka ROC yang dihasilkan oleh perusahaan bisa kita andalkan. Jika tidak stabil dan memiliki standar deviasi yang besar maka tidak bisa kita andalkan angka ROC nya meskipun tinggi. Karena jika perusahaan tiba-tiba labanya meningkat tajam perlu dicari tau apakah itu laba dari hasil operasional normal perusahaan atau hasil dari penjualan aset. Jika laba tersebut hanya berasal dari penjualan aset maka di tahun-tahun berikutnya laba perusahaan akan kembali normal (anjlok) dan tidak setinggi periode sebelumnya.

Untuk earning's yield bisa dicari tau lebih lanjut menggunakan valuasi absolut yang lebih mendetail seperti metode DCF atau metode valuasi absolut lainnya untuk mencari nilai wajar perusahaan. Atau bisa juga sekedar dibandingkan dengan PER-nya dan bisa juga membandingkan earning's yield perusahaan yang masuk DEIS dengan perusahaan lainnya di industri yang sama untuk melihat apakah earning's yield perusahaan lebih tinggi atau lebih rendah dibandingkan kompetitornya. Jika harga saham naik maka earning's yield turun dan apabila angkanya dibawah 10% maka saham tersebut keluar dari DEIS. Kalau sudah memiliki saham yang sebelumnya masuk DEIS lalu saham tersebut keluar dari DEIS karena harga sahamnya naik, maka kita harus tetap memegangnya selama fundamentalnya masih bagus. Kalau mau membeli lagi saham yang keluar dari DEIS perlu pertimbangan lebih lanjut tergantung seberapa bagus perusahaan tersebut. Namun peraturan yang saya terapkan adalah tidak membeli saham di luar DEIS apabila belum memilikinya sama sekali.

Net Profit Margin (NPM)
NPM juga merupakan rasio penting yang menggambarkan seberapa efisien operasional perusahaan. Rasio tersebut juga menjadi indikator awal apakah perusahaan memiliki keunggulan kompetitif yang kuat atau tidak. Biasanya perusahaan yang memiliki NPM yang tinggi dan konsisten mencerminkan bahwa perusahaan tersebut dapat menekan biaya dan/atau dapat memaksimalkan harga produknya. Apabila perusahaan dapat menaikkan harga produk namun produknya tetap laku banyak, di situ lah salah satu tanda keunggulan kompetitif yang kuat.


Ini adalah indikator awal yang menggambarkan keunggulan perusahaan. Biasanya saya menghindari saham yang terlalu tipis marjinnya. Awalnya saya menetapkan peraturan screening NPM di atas 5%. Tapi setelah saya pertimbangkan lagi, banyak juga saham yang memiliki NPM tipis tapi tetap memiliki pertumbuhan laba yang bagus. Jadi saya tidak menetapkan angka minimal untuk rasio ini namun tetap menjadi pertimbangan saya. Apabila ada saham yang memiliki NPM tipis saya lihat dulu perusahaan tersebut bergerak di bisnis apa. Bisnis perdagangan wajar apabila memiliki NPM tipis. Dan lihat juga konsistensi dari pertumbuhan laba. Kalau laba bertumbuh dengan konsisten meskipun NPM tipis boleh lakukan analisa lebih dalam lagi. Bandingkan juga NPM perusahaan dengan kompetitornya sebagai perbandingan keunggulan perusahaan di bisnis yang sama.

Altman-Z Score
Rasio ini adalah rasio untuk mengukur apakah sebuah perusahaan berada pada batas yang aman dari ancaman kebangkrutan. Komponen yang dihitung dalam rasio altman-z score adalah Working Capital, Retained Earnings, EBIT, dan Market Value of Equity. Untuk penjelasan lebih lengkap mengenai bagaimana perhitungan rasio ini bisa anda cari sendiri di google karena saya belum membahasnya di blog saya. Berbagai versi perhitungan altman-z score tidak terlalu jauh berbeda, mungkin hanya berbeda nol koma sekian atau satu. Yang saya gunakan adalah perhitungan dari Stockbit dengan angka altman-z score minimal 1,1. Angka 1,1 tersebut sebenarnya hanya untuk melonggarkan screener tapi untuk pemilihan sahamnya sendiri saya cukup mempertimbangkan dengan ketat apabila perusahaan memiliki angka di bawah 2.


Debt to Equity Ratio (DER)
Ini rasio yang masih sejenis dengan altman-z score dan ICR yang mengukur kesehatan keuangan perusahaan. Saya rasa rasio DER ini merupakan rasio yang sudah sangat familiar dipakai banyak orang. Hampir semua orang mempertimbangkan rasio DER, hanya saja angka toleransi maksimal DER berbeda untuk setiap orang. Screener yang saya gunakan menetapkan angka DER maksimal 2. Angka 2 merupakan angka yang agak longgar namun masih dalam batas aman.

Price to Book Value (PBV)
Rasio ini merupakan rasio pelengkap valuasi earning's yield. Rasio ini mengukur seberapa mahal harga saham jika dibandingkan dengan nilai buku (ekuitas) per saham. Rasio ini bukan menjadi acuan utama dalam memilih saham namun hanya sebagai indikator untuk melihat kewajaran harga saham dibandingkan dengan nilai bukunya. Karena biasanya perusahaan yang memiliki ROC tinggi memiliki PBV yang sangat tinggi. Wajar saja PBV tinggi apabila ROC tinggi karena yang lebih penting adalah ROC yang mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Saya menetapkan angka maksimal PBV 10. Ya, sangat longgar namun tetap saya batasi karena belajar dari kasus saham LPPF yang memiliki ROC tinggi namun PBV nya pun sangat tinggi (pernah di atas 10 kalo tidak salah) dan ketika laba bersihnya turun harga sahamnya pun ikut turun drastis (dari belasan ribu ke empat ribu). Jadi karena PBV hanya sebagai pelengkap, saya menetapkan angka 10 untuk melonggarkan penyaringan namun tetap ada batas.


Daftar Efek Investment Student
Jadi, untuk saat ini saham apa saja yang masuk ke dalam DEIS? Mari kita lihat daftar saham tersebut yang di kelompokkan berdasarkan 9 sektor yang ada di Bursa Efek Indonesia (BEI).


Sektor Pertanian

  1. PT. Dharma Satya Nusantara, Tbk. (DSNG)
Sektor Pertambangan
  1. PT. Adaro Energy, Tbk. (ADRO)
  2. PT. Baramulti Suksessarana, Tbk. (BSSR)
  3. PT. Bayan Resources, Tbk. (BYAN)
  4. PT. Dian Swastatika Sentosa, Tbk. (DSSA)
  5. PT. Harum Energy, Tbk. (HRUM)
  6. PT. Indo Tambangraya Megah, Tbk. (ITMG)
  7. PT. Mitrabara Adiperdana, Tbk. (MBAP)
  8. PT. Samindo Resources, Tbk. (MYOH)
  9. PT. Tambang Batubara Bukit Asam (PERSERO), Tbk. (PTBA)
  10. PT. Petrosea, Tbk. (PTRO)
  11. PT. Toba Bara Sejahtera, Tbk. (TOBA)
Sektor Industri Dasar dan Kimia
  1. PT. Alakasa Industrindo, Tbk. (ALKA)
  2. PT. Ekadharma International, Tbk. (EKAD)
  3. PT. Indah Kiat Pulp & Paper, Tbk. (INKP)
  4. PT. Japfa Comfeed Indonesia, Tbk. (JPFA)
  5. PT. Kedawung Setia Industrial, Tbk. (KDSI)
  6. PT. Malindo Feedmill, Tbk. (MAIN)
  7. PT. Panca Budi Idaman, Tbk. (PBID)
  8. PT. Suparma, Tbk. (SPMA)
  9. PT. Indo Acidatama, Tbk. (SRSN)
  10. PT. Unggul Indah Cahaya, Tbk. (UNIC)
Sektor Aneka Industri
  1. PT. KMI Wire & Cable, Tbk. (KBLI)
  2. PT. Multi Prima Sejahtera, Tbk. (LPIN)
  3. PT. Supreme Cable Manufacturing & Commerce, Tbk. (SCCO)
Sektor Industri Barang Kosumsi
  1. PT. Wilmar Cahaya Indonesia, Tbk. (CEKA)
  2. PT. Hartadinata Abadi, Tbk. (HRTA)
Sektor Properti, Real Estate dan Konstruksi Bangunan
  1. PT. Adhi Karya (PERSERO), Tbk. (ADHI)
  2. PT. Alam Sutera Realty, Tbk. (ASRI)
  3. PT. Jaya Real Property, Tbk. (JRPT)
  4. PT. Metropolitan Land, Tbk. (MTLA)
  5. PT. Nusa Raya Cipta, Tbk. (NRCA)
  6. PT. Pembangunan Perumahan (PERSERO), Tbk. (PTPP)
  7. PT. Ristia Bintang Mahkotasejati, Tbk. (RBMS)
  8. PT. Total Bangun Persada, Tbk. (TOTL)
  9. PT. Wijaya Karya Bangunan Gedung, Tbk. (WEGE)
Sektor Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi
  1. PT. Bukaka Teknik Utama, Tbk. (BUKK)
  2. PT. Indika Energy, Tbk. (INDY)
  3. PT. Inovisi Infracom, Tbk. (INVS)
  4. PT. Pelayaran Nelly Dwi Putri, Tbk. (NELY)
  5. PT. Pelita Samudra Shipping, Tbk. (PSSI)
  6. PT. Trans Power Maritime, Tbk. (TPMA)
Sektor Keuangan
  1. PT. Mandala Multifinance, Tbk. (MFIN)
Sektor Perdagangan, Jasa dan Investasi
  1. PT. Astra Graphia, Tbk. (ASGR)
  2. PT. Global Mediacom, Tbk. (BMTR)
  3. PT. Dyandra Media International, Tbk. (DYAN)
  4. PT. Enseval Putera Megatrading, Tbk. (EPMT)
  5. PT. Erajaya Swasembada, Tbk. (ERAA)
  6. PT. Island Concept Indonesia, Tbk. (ICON)
  7. PT. Jakarta Setiabudi Internasional, Tbk. (JSPT)
  8. PT. Kobexindo Tractors, Tbk. (KOBX)
  9. PT. Multi Indocitra, Tbk. (MICE)
  10. PT. Media Nusantara Citra, Tbk. (MNCN)
  11. PT. Metrodata Electronics, Tbk. (MTDL)
  12. PT. Pembangunan Jaya Ancol, Tbk. (PJAA)
  13. PT. United Tractors, Tbk. (UNTR)
  14. PT. Wicaksana Overseas International, Tbk. (WICO)
Itulah saham-saham yang termasuk dalam Daftar Efek Investment Student (DEIS) per tanggal 29 April 2019. Sekali lagi saham-saham tersebut bukan saham pilihan yang harus anda miliki, tapi ini adalah langkah awal untuk mencari saham yang bagus. Ini metode penyaringan yang menurut saya bagus namun belum tentu bagus menurut anda. Setiap orang memiliki cara masing-masing dalam mencari saham yang bagus. Seperti misalnya cara Peter Lynch yang tidak menggunakan screener untuk mencari saham melainkan mencari saham dengan mencari produk yang bisa ditemukan dalam keseharian di lingkunan terdekat kita. Itu juga merupakan cara yang bagus untuk menemukan saham unggulan dan saya tetap menggunakan cara itu setelah melakukan screening.


Screening saham sebagai langkah awal berguna untuk memberikan pilihan-pilihan saham yang tidak terlalu banyak untuk anda analisa. Karena jumlah saham publik yang terdaftar di BEI sangat banyak (sekitar 600an lebih) maka tidak mungkin kita melakukan analisa satu per satu semua saham yang ada di BEI. Dengan screening ini setidaknya bisa mempersingkat waktu kita dalam melakukan analisa saham. Langkah awal ini merupakan sebagian kecil dari tahap-tahap analisa lebih lanjut seperti membaca laporan tahunan, membaca public expose, analisa kualitatif manajemen, analisa prospek bisnis, moat, SWOT, BCG, dan lain sebagainya.

Sekian artikel kali ini. Silahkan tinggalkan komentar di bawah atau hubungi saya di media sosial Instagram, Stockbit atau Telegram dengan username @panjinur08 jika ingin berdiskusi lebih lanjut. Atau bisa juga bergabung di grup telegram AFSI (https://t.me/AnalisaFundamentalSaham) jika ingin berdiskusi dengan orang-orang yang ahli dalam analisa fundamental saham. Semoga bermanfaat.

Terima kasih.

Sabtu, 13 April 2019

Sebuah Jalan Untuk Menjadi Orang Kaya | 4 Kelompok/Kuadran Sumber Penghasilan (Bagian 2)



Kura-kura? Ada apa dengan kura-kura? sebelum membahas kura-kura, coba baca dulu sampai bawah, nanti ketemu lagi sama kura-kura ini.

Halo teman-teman, artikel kali ini adalah bagian kedua dari artikel tentang 4 kuadran sumber penghasilan yang merupakan ilmu yang saya ambil dari buku Robert T. Kiyosaki yang berjudul "The Cashflow Quadrant". Sebelumnya sudah saya bahas mengenai kuadran E (Employee) dan kuadran S (Self-employed) yang berada di sisi kiri yang bisa anda baca di sini. Selanjutnya artikel kali ini akan membahas kuadran B (Businessman) dan kuadran I (Investor) yang berada di sisi kanan kuadran. Saya sudah lama tidak membaca lagi buku tersebut dan bukunya sudah saya hibahkan ke kampus, jadi mungkin saya sedikit lupa dan apabila anda juga sudah membaca buku tersebut silahkan koreksi jika saya salah.


2 kuadran sisi kanan
Kuadran di sisi kanan ini adalah kelompok orang-orang yang mencari penghasilannya tidak dengan cara bekerja langsung terlibat dalam pekerjaan (active income) melainkan mendelegasikan pekerjaan tersebut kepada orang lain melalui sistem yang dibangun oleh mereka sehingga uang yang mereka hasilkan akan mengalir secara otomatis ke dalam rekening mereka (passive income).

Meskipun 2 kelompok ini mendapatkan uang secara otomatis sementara mereka bersantai bersama keluarga di rumah, namun apa yang mereka dapatkan bukanlah merupakan sesuatu yang tiba-tiba secara instan mereka dapatkan begitu saja. Ada sebuah proses yang tidak mudah yang harus mereka jalani terlebih dahulu dalam membangun sistem atau membangun portofolio mereka agar uang yang didapatkan dari bisnis atau investasi mereka cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Bahkan sebelum mencapai kesuksesan dalam mendapatkan passive income, mereka terlebih dahulu mengalami kegagalan demi kegagalan yang menghabiskan uang mereka yang sudah didapatkan dengan susah payah.


Sebagai contoh, yang terjadi sekarang adalah fenomena startup. Dari beberapa perusahaan startup yang sukses menjadi unicorn, ada ratusan startup lain yang gagal di tengah jalan. Bahkan saat ini pun kita tidak tahu unicorn mana yang akan bertahan, saat ini kabarnya hanya tentang valuasi unicorn yang fantastis tapi belum dikabarkan seberapa besar keuntungan yang mereka dapatkan. Contoh lain juga banyak terjadi ketika ada banyak investor yang baru memulai investasi saham tanpa pengetahuan dasar yang memadai, mereka asal membeli saham tanpa melakukan analisa terlebih dahulu sehingga mereka mengalami kerugian yang tidak sedikit. Saya beberapa kali mendengar ada investor yang modalnya menyusut dari ratusan juta menjadi hanya puluhan juta karena terjebak dengan ajakan manis dari 'bandar' untuk membeli saham 'gorengan' yang mengandung 'kolesterol' tinggi. Itulah yang menyebabkan kebanyakan orang masih memlih untuk berada di kuadran kiri  karena meskipun mereka mengetahui betapa hebatnya menjadi seorang pengusaha atau pun investor, mereka tidak berani mengambil risiko dan memilih untuk tetap di jalur yang terlihat aman.

Antara kuadran B dan Kuadran I sama-sama memiliki risiko tertentu yang sebenarnya apabila kita terus belajar, risiko tersebut bisa diatasi dengan baik. Risiko memang tidak bisa dihindarkan. Risiko akan selalu ada dengan sejalannya potensi keuntungan yang kita harapkan semakin tinggi. Tapi seiring berjalannya waktu, apabila kita terus belajar dan memahami dengan baik bagaimana cara untuk menangani risiko dan memaksimalkan keuntungan, yang kita dapatkan adalah keuntungan yang tumbuh dengan stabil. Ditambah lagi dengan compunding interest maka bukan tidak mungkin kita bisa mendapatkan pasive income yang tinggi dan mencapai kebebasan finansial.


Selain dari persamaan tersebut, ada beberapa perbedaan antara kuadran B dan kuadran I. Pertama-tama mari kita lihat definisi dari masing-masing kuadran. Kuadran B merupakan kelompok pengusaha yang membangun sistem agar sistem tersebut dijalankan oleh karyawan yang secara bersama-sama bekerja menciptakan produk tertentu agar produk tersebut bisa dijual memenuhi kebutuhan masyarakat dengan mendapatkan keuntungan dari penjualan produk tersebut. Sementara kuadran I adalah kelompok investor yang melakukan analisa terhadap suatu perusahaan tertentu untuk menentukan apakah perusahan tersebut memiliki keunggulan dan potensi bisnis yang akan menghasilkan pertumbuhan modal yang stabil, serta mencari tau berapa nilai wajar perusahaan tersebut sehingga mereka bisa mendapatkan keuntungan dari pembagian keuntungan (dividen), pertumbuhan perusahaan dan selisih antara nilai wajar dan harga pasar perusahaan tersebut.

Dari definisi tersebut, bisa kita lihat perbedaannya bahwa kuadran B ini memiliki bisnis yang mempekerjakan kuadran E. Kuadran B mendelegasikan pekerjaan kepada kuadran E dengan gaji tertentu yang stabil dan kuadran E berkeja keras agar perusahaan mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya. Lalu dalam proses membangun bisnisnya, kuadran B ini membutuhkan modal sehingga ada keterlibatan kuadran I untuk memenuhi kebutuhan modal kuadran I. Kuadran I akan melakukan analisa apakah mereka layak untuk menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut, jika iya maka kuadran I akan berinvestasi pada perusahaan kuadran B dan kuadran B akan berusaha untuk memuaskan kuadran I dengan memaksimalkan keuntungan kepada kuadran I. Jadi di sini kuadran E bekerja paling keras, kuadran B masih terlibat dengan pekerjaannya sementara kuadran I lah yang paling santai dibandingkan kuadran E dan kuadran B karena kuadran I hanya menanam modal lalu menunggu uang datang melalui dividen atau harga sahamnya yang naik.


Tapi kita tahu bahwa tidak semudah itu menjadi investor. Perjalanan menjadi investor yang mendapatkan passive income yang cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari bukanlah perjalanan yang mudah. Anda bisa memulai investasi saham dengan uang paling sedikit Rp. 100.000,-. Tapi apa yang bisa didapatkan dengan uang segitu? keuntungan 20% per tahun dari modal tersebut hanya menghasilkan uang Rp. 20.000. Selain itu, mendapatkan keuntungan 20% per tahun dengan konsisten pun tidak mudah, modal tidak menyusut pun merupakan hal yang patut kita syukuri. Meskipun kuadran I tidak membutuhkan kerja keras layaknya kuadran E atau tidak memiliki risiko sebesar kuadran B, namun tetap membutuhkan usaha yang tidak mudah agar menjadi investor sukses. Membutuhkan ilmu tentang bagaimana cara menganalisa keunggulan dan potensi perusahaan, menganalisa fundamental perusahaan, membaca laporan keuangan, menghitung rasio-rasio dan valuasi perusahaan dan berbagai macam usaha untuk bisa menemukan perusahaan yang baik dan bisa dibeli murah. Setelah menemukan perusahaan yang bagus pun juga tidak mudah karena kita harus bertahan memegang saham perusahaan yang sudah dibeli karena ada kalanya harga saham turun tajam dan menguji mental kita untuk terus memegang saham tersebut.

Jika anda berniat menjadi kuadran B, anda harus bekerja keras mencari modal, membangun sistem dan akan dihadapkan dengan risiko kegagalan yang akan terjadi tidak hanya sekali. Jika anda berniat menjadi kuadran I anda juga akan dihadapkan dengan bagaimana memilih saham dan seberapa kuat mental anda dalam memegang saham. Tapi dari kedua pilihan tersebut, setidaknya pilihan yang sedikit lebih aman dan tidak membutuhkan modal besar adalah menjadi kuadran I. Meskipun dengan modal kecil, tapi apabila kita konsisten belajar analisa fundamental saham sambil konsisten menyisihkan sedikit uang dari gaji untuk investasi saham, maka kita akan mendapatkan passive income yang tinggi dan mencapai kebebasan finansial. Sebagai contoh apabila kita menyisihkan RP. 250.000,- per bulan untuk investasi dan menghasilkan return 20% secara konsisten, makan pada tahun ke 25 modal kita menjadi 1 miliyar rupiah, penjelasan selengkapnya dari contoh tersebut bisa di baca di artikel ini.


Nah, ketemu lagi sama kura-kura yang tadi. Apa hubungannya dengan kura-kura? investor sama seperti kura-kura karena jalan untuk menjadi orang kaya dengan berinvestasi adalah jalan yang lambat layaknya kura-kura. Tapi kura-kura memiliki batok yang kuat untuk melindungi diri dan kura-kura juga memiliki umur panjang sampai lebih dari 100 tahun. Begitupun juga investor, investor sejati memiliki prinsip investasi, ilmu dasar dan mental yang kuat untuk melindungi diri dari risiko. Investor sejati memang tidak mendapatkan kekayaannya dengan cepat, tapi kekayaannya bertahan lama sama seperti kura-kura yang memiliki umur panjang. Contohnya bisa lihat bagaimana Bill Gates dan Warren Buffett secara konsisten menjadi dua orang terkaya di dunia selama puluhan tahun. Bahkan setelah keduanya bekerja sama mengeluarkan hartanya dalam jumlah banyak untuk didonasikan kepada orang yang membutuhkan melalui Bill and Melinda Gates Foundation, mereka tetap menjadi orang terkaya. Yang bisa kita lakukan adalah mulai menyisihkan uang untuk berinvestasi dan menyisihkan waktu untuk belajar berinvestasi. Belajarlah dari kura-kura.

Sekian artikel kali ini, apakah anda tertarik untuk menjadi investor saham? jangan terburu-buru untuk membeli saham. Anda boleh membuat rekening sekuritas terlebih dahulu untuk membedakan uang investasi dengan uang lainnya. Tapi sebaiknya belajarlah dan perbanyak ilmu terlebih dahulu sebelum membeli saham. Apabila anda sudah memiliki ilmu yang cukup, lalu mulailah cari dan analisa saham tertentu secara menadalam dan apabila anda sudah menemukan saham yang bagus, secara konsisten sisihkan uang untuk membeli saham tersebut dan bersabarlah memegang saham yang anda miliki karena butuh waktu yang panjang (minimal 3 atau 5 tahun) untuk menikmati hasil investasi.

Silahkan sampaikan komentar anda di kolom komentar di bawah. Apabila ingin bertanya langsung ke saya, bisa hubungi saya melalui kontak yang ada di pojok kanan atas blog ini (seringnya aktif di instagram @panjinur08). Semoga artikel kali ini bermanfaat, terutama bagi anda yang baru memulai investasi saham.

Terima kasih.

Minggu, 17 Februari 2019

Berapa Lama Waktu Yang Dibutuhkan Untuk Menjadi Milyarder?

Berapa Lama Waktu Yang Dibutuhkan Untuk Menjadi Milyarder?

Halo teman-teman. Saya kembali lagi menulis blog ini setelah sekian lama tidak aktif belajar tentang investasi saham karena saya fokus menyelesaikan masalah dan belajar ilmu lain di luar ilmu tentang investasi saham. Salah satunya saya belajar dari kesalahan saya dalam membangun bisnis riil. Mungkin bisa dimaklumi saya melakukan banyak kesalahan ketika pertama kali membangun bisnis. Tapi sebenarnya kesalahan-kesalahan tersebut lebih disebabkan oleh pribadi saya yang kurang matang dan saya menyadari hal itu. Makanya saya selama beberapa bulan terakhir menghabiskan waktu untuk mengalahkan diri sendiri. Karena sebenarnya kita hidup dalam sebuah permainan di mana musuh terberat adalah diri kita sendiri.

Kali ini saya akan membahas tentang jangka waktu yang dibutuhkan untuk mengumpulkan uang 1 miliyar rupiah. Saya membahas ini karena beberapa minggu yang lalu saya memikirkan kembali tujuan finansial saya dan untuk membuatnya menjadi sederhana, saya ambil angka 1 miliyar. Jika kita mencapai 1 miliyar berarti kita sudah bisa disebut sebagai 'miliyarder'. Apakah angka ini terlalu besar atau terlalu kecil untuk masing-masing orang tentu berbeda, tergantung dari jumlah kekayaan masing-masing orang saat ini. Untuk saya pribadi angka ini merupakan angka yang sangat besar yang belum pernah saya liat secara langsung dengan mata kepala saya sendiri. 

Artikel ini sumbernya adalah dari curhatan pribadi saya yang saya tulis di website penzu.com. Website itu merupakan website untuk menulis diary secara online. Saya ingin bagikan ini karena mungkin bisa menjadi informasi yang bermanfaat untuk teman-teman sekalian. Saya menulisnya dengan bahasa daeraah saya jadi mohon dimaklumi ya.

Langsung saja. Selamat membaca.

Oke, jadi gw udah nemu angka nilai goals secara spesifik. Sekarang pertanyaannya adalah tentang waktu. Berapa lama untuk mencapai tujuan tersebut?
Untuk mengetahui berapa lama, kita hitung dulu berapa pendapatan rata-rata. Biar lebih enak, gw pikir mending ambil dari angka pendapatan per kapita Indonesia tahun 2018. PDB per kapita tahun 2018 adalah sebesar 56 juta per tahun. Yang artinya itu sebesar 4,6 juta per bulan. Kalo itu adalah pendapatan bersih, berarti dengan 56 juta per tahun butuh waktu sekitar 18 tahun untuk mengumpulkan uang sebanyak 1 miliyar. Tapi sayangnya 4,6 juta per bulan itu harus dipotong dulu dengan biaya hidup dan sebagainya. Berarti kita harus potong biaya hidup dulu baru ketemu pendapatan bersihnya berapa. Baru abis itu itung berapa lama waktu untuk ngumpulin uang 1 miliyar dari pendapatan bersih itu. 
Begini rincian biaya hidup dari perhitungan moneysmart.id :
  1. Tempat tinggal : Rp 1,5 juta
  2. Konsumsi 3x sehari : Rp 20 ribu x 3 x 30 hari = 1,8 juta
  3. Transportasi : Rp 10 ribu x 2 x 22 hari kerja = Rp 440 ribu
  4. Estimasi biaya hiburan : Rp 50 ribu (1 x nonton) + Rp 250 ribu (2 x ngemall) + Rp 160 ribu (3 x ngopi cantik) + Rp 150 ribu (pulsa) = Rp 610 ribu
Total: Butuh setidaknya Rp 4,35 juta per bulan untuk hidup di Jakarta.
Jika dengan menggunakan rincian biaya tersebut, berarti dari 4,6 juta, tersisa 250.000 rupiah untuk ditabung per bulan dan 3 juta rupiah per tahun. Itu berarti butuh waktu 333 tahun untuk mengumpulkan 1 miliyar rupiah.
Tapi, itu kalo uangnya hanya ditabung. Beda lagi kalo uangnya diinvestasikan di saham. Kalo dengan alokasi 250.000 per bulan dan apabila kita berhasil mendapatkan return 20% per tahun secara konsisten, maka butuh waktu 25 tahun untuk mencapai angka 1 miliyar rupiah. Dan jika return yang dihasilkan itu sebesar 10% per tahun, maka waktu yang dibutuhkan adalah 38 tahun.
 Kalo mau lebih cepat lagi ada 3 cara. Yaitu :
1. Meningkatkan penghasilan per bulan
2. Mengurangi biaya-biaya per bulan
3. Meningkatkan return investasi
Sekian artikel kali ini. Semoga bermanfaat. Dan doakan saya semoga saya bisa terus produktif membagikan apa yang saya pelajari tentang investasi saham di blog ini.

Terima kasih.

Sabtu, 25 Agustus 2018

4 Kelompok/Kuadran Sumber Penghasilan (Bagian 1)

Artikel kali ini akan membahas tentang konsep dasar dari buku "The Cashflow Quadrant" karya Robert T. Kiyosaki. Beberapa kali sudah saya sebutkan tentang buku ini di artikel-artikel sebelumnya. Dan memang buku ini intinya menjelaskan tentang 4 kelompok orang yang dibedakan berdasarkan sumber penghasilannya. Buku ini pula yang membentuk pola pikir saya sehingga saya terobsesi untuk belajar bisnis dan investasi. Maka dari itu saya ingin membagikan apa yang telah saya baca melalui artikel ini. Karena menurut saya ini penting dan siapapun harus memahami tentang ini. Saya hanya akan menyampaikan inti dari bukunya saja yaitu tentang 4 kelompok/kuadran. Kalo anda penasaran ingin membaca lebih detail bagaimana isi buku "The Cashflow Quadrant" langung saja beli bukunya di toko buku.


Membicarakan soal sumber penghasilan sepertinya memang tidak akan ada habisnya. Pastinya semua orang berusaha melakukan yang terbaik untuk mendapatkan penghasilan yang cukup agar bisa hidup sejahtera. Dan Robert T. Kiyosaki membahas soal ini secara mendalam. Mulai dari cerita bagaimana ayahnya mendidik tentang keuangan pada buku "Rich Dad Poor Dad", lalu "The Cashflow Quadrant" yang menjelaskan tentang 4 kelompok orang berdasarkan sumber penghasilan, dan buku lainnya yang dia tulis menjelaskan tentang penghasilan, melek keuangan dan investasi.

Tidak hanya soal bagaimana mendapatkan penghasilan, tapi juga soal bagaimana menggunakan uang dengan bijak. Karena bicara soal pengeluaran, kebutuhan dan keinginan manusia itu tidak ada batasnya, sementara penghasilan yang didapatkan terbatas. 4 kelompok ini juga berbeda dari sisi penggunaan uang. Kalau bicara soal penghasilan, rejeki orang itu sudah ditentukan oleh Tuhan, jadi masing-masing sudah mendapatkan jatah yang ditentukan oleh Allah swt dan harus disyukuri. Tapi yang jadi pertanyaan adalah bagaimana kita menjemput rejeki yang sudah ditentukan jumlahnya tersebut? nah ini ada 4 kelompok orang berdasarkan cara menjemput rejeki tersebut.

4 Kuadran dan 2 sisi

Konsep dasar dari The Cashflow Quadrant ini membagi 4 kuadran seperti gambar ini.


Bisa kita lihat di situ ada 4 kuadran yaitu, E (Employee), S (Self-employed), B (Businessman), dan I (Investor). 2 kuadran yang di sebelah kiri yaitu E dan S adalah kelompok yang mempunyai sumber penghasilan aktif (active income) dimana mereka bekerja lalu mendapatkan uang. Sementara 2 kuadran yang di sebelah kanan yaitu B dan I adalah kelompok yang mempunyai sumber penghasilan pasif (passive income) dimana mereka mendapatkan uang tanpa harus bekerja secara langsung.

Mengapa kita harus memahami konsep Cashflow Quadrant ini? Tujuannya adalah supaya kita bisa mencapai Financial Freedom alias kebebasan keuangan. Maksudnya kebebasan keuangan itu seperti apa sih? Maksud kebebasan keuangan adalah kita tidak terbelenggu oleh masalah-masalah keuangan seperti membayar hutang, cicilan rumah, cicilan kartu kredit, listrik dan hal lain yang membutuhkan uang. Uang memang bukan segalanya, tetapi uang membantu memenuhi segala macam kebutuhan. Ketika kita berhasil mencapai kebebasan keuangan maka kita tidak dipusingkan lagi oleh masalah-masalah keuangan yang membelenggu. Ketika kita berhasil mencapai kebebasan keuangan maka kita bebas melakukan apapun yang kita mau tanpa harus memikirkan uang. Maka dari itu, dengan memahami perbedaan dari 4 kuadran, kita paham bagaimana pola pikir yang seharusnya kita miliki sehingga kita bisa mencapai kebebasan keuangan.


2 kuadran sebelah kiri
2 kuadran ini adalah E dan S dimana sumber penghasilan mereka adalah active income. Maksud dari active income adalah kita bekerja dan terlibat secara langsung dalam pekerjaan tersebut untuk mendapatkan uang, jika pekerjaan ditinggalkan maka akan ada konsekuensi tertentu seperti potong gaji, surat peringatan, berkurangnya komisi atau bahkan kehilangan pekerjaan.

Tapi terdapat perbedaan antara kuadran E dan kuadran S. Perbedaan mendasarnya adalah kepada siapa mereka bekerja. Kuadran E bekerja untuk perusahaan dimana ia bekerja, sementara kuadran S bekerja untuk dirinya sendiri. Kuadran E adalah karyawan yang bekerja pada perusahaan atau instansi tertentu, memiliki jadwal kerja yang ditentukan, digaji dan megikuti sistem yang ada di perusahaan. Sementara kuadran S adalah pekerja lepas atau memiliki bisnis yang dijalankan langsung oleh dirinya sendiri, mereka menjadi karyawan sekaligus bos untuk pekerjaan yang dilakukan, menentukan jadwal kerjanya sendiri, menggaji diri sendiri dan menentukan sistem kerja sendiri.

Black and Gray Photo of Person in Front of Computer Monitor

Kuadran E saat ini adalah merupakan kelompok mayoritas orang dewasa dalam mendapatkan sumber penghasilan. Kebanyakan orang dewasa masuk ke dalam kuadran E, mulai dari buruh pabrik, buruh proyek, pegawai bank, guru, polisi, tentara, dan pejabat negara. Setinggi apapun posisi seseorang di kuadran E, bahkan Presiden Direktur ataupun Presiden RI pun mereka tetap termasuk dalam kuadran E yang bekerja untuk perusahaan atau instansi, memiliki jadwal yang telah ditentukan, digaji dan mengikuti sistem tertentu.

Contoh Kuadran E adalah Direktur, mereka adalah pemimpin puncak pada sebuah perusahaan, memimpin seluruh karyawan perusahaan dan dapat memerintahkan bawahannya sesuai dengan keinginannya. Ia adalah bos di perusahaan tapi ia masih memiliki bos lagi di atasnya yaitu pendiri perusahaan atau pemegang saham. Direktur bertanggung jawab terhadap pemegang saham, gajinya ditentukan oleh pemegang saham, dan bekerja berdasarkan Anggaran Dasar perusahaan. Jika Direktur mengecewakan pemegang saham maka pemegang saham bisa mencopot jabatan Direktur tersebut. Seperti misalnya yang belum lama terjadi, Direktur sebuah perusahaan konstruksi BUMN dicopot oleh Jokowi selaku pemerintah sebagai pemegang saham BUMN tersebut karena banyaknya kasus kecelakaan pada saat pembangunan proyek. Sekalipun Direktur adalah posisi puncak, namun statusnya adalah karyawan yang bekerja di perusahaan.

adult, ambulance, care

Sementara Kuadran S ini juga merupakan kelompok yang jumlahnya juga cukup banyak. Mulai dari tukang bakso, warung yang dijalankan sendiri, tukang parkir, supir online, dokter yang buka praktik sendiri, youtuber, penyanyi dan aktor/aktris adalah termasuk dalam kuadran S. Mereka memiliki bisnis dan menjalankan bisnis tersebut oleh dirinya sendiri. Menjadi karyawan sekaligus menjadi bos untuk diri sendiri, menentukan jadwal sendiri, menggaji diri sendiri dengan sistem yang dibuat sendiri. Dalam hal ini, antara tukang bakso dan Sule memiliki kesamaan, mereka tidak mendapatkan penghasilan jika tidak menjalankan pekerjaannya.

Contoh Kuadran S adalah dokter yang buka praktik sendiri, mereka tidak bekerja pada rumah sakit melainkan membuka praktik di rumahnya sendiri. Tidak digaji oleh rumah sakit tapi mendapatkan penghasilan langsung dari pasien yang diobatinya. Mempunyai jadwal kerja yang ditentukan oleh dirinya sendiri dan menjalankan sistem yang dibuat olehnya. Ia menjadi bos tertinggi di kliniknya, tapi tidak bisa seenaknya meninggalkan pekerjaan karena ia juga menjadi karyawannya, jika ia meninggalkan pekerjaannya maka ia tidak mendapatkan penghasilan. Bisa dibilang Kuadran S adalah 'One Man Show' karena dia berjuang sendiri dalam mendapatkan penghasilan.

Seperti itulah Kuadran E dan S yang merupakan kelompok yang mendapatkan penghasilan dengan active income. Keduanya sama, yaitu mereka melakukan pekerjaannya langsung untuk mendapatkan penghasilan. Untuk 2 Kuadran di sisi kanan (Passive Income) nanti akan dijelaskan di bagian berikutnya.

Terima kasih.

Selasa, 03 April 2018

Portofolio Saya : Masih Belajar Memilih Saham


Halo sahabat pembaca setia blog Investment Student. Kembali lagi saya menulis artikel yang anda tunggu-tunggu (mungkin? hehe). Saya akan membahas kembali cerita tentang portofolio saya. Akhir-akhir ini saya sangat jarang menulis artikel di blog ini karena sibuk kerja alias 'nguli' jadi supir online dan hanya punya sedikit waktu luang. Ya kondisi saya saat ini masih jauh dari kondisi yang saya harapkan yaitu financial freedom. Modal investasi saya tidak lebih besar dari harga HP standar. Maka dari itu saya masih terus bekerja keras mendapatkan active income dan semoga saja suatu saat modal investasi saya terus bertambah dan bertumbuh hingga bisa mengandalkan passive income dan bisa mencapai financial freedom. Amiin.

Dengan sedikit waktu luang ini, saya ingin berbagi kepada teman-teman tentang pengalaman saya dalam berinvestasi saham. Entah itu pengalaman rugi ataupun untung ketika berinvestasi saham, saya ingin berbagi cerita agar teman-teman juga bisa memberi saran kepada saya. Entah itu rugi atau untung, saya akan terus menerus belajar agar bisa menjadi investor sukses seperti Warren Buffet. Dan bertahan dalam segala keadaan itu penting, seperti kata Louis Zebel dalam film Wall Street 2,"Good day I'm okay, bad day I'm okay". Jadi tetaplah berbahagia dan terus menerus belajar bagaimanapun keadaan saat ini.


Kinerja Portofolio vs. IHSG
Seperti biasa saya akan membandingkan bagaimana kinerja portofolio saya dengan IHSG. Situasi di tahun 2018 ini bisa dibilang agak mengkhawatirkan. Beberapa orang mengatakan bahwa IHSG dan ekonomi secara umum akan mengalami penurunan dan bahkan krisis. Pada kenyataannya banyak saham-saham di bursa yang sudah overvalued dan mungkin IHSG bisa bearish karena valuasi yang sudah overvalued tersebut. Namun masih ada juga saham-saham yang masih undervalued. Jadi, saya pribadi tidak tau apakah IHSG akan bearish atau bullish di tahun ini. Saya tetap belajar untuk memilih saham dan akan saya beli saham-saham yang menjadi pilihan saya.


Sejak awal tahun hingga maret saya hanya memegang saham MBAP dan harganya sempat naik tinggi dan mendorong pertumbuhan portofolio saya hampir 40% secara YTD (year to date) di bulan Februari. Lalu saya menjual saham MBAP dan membeli beberapa saham lain karena beberapa alasan. Dan pada akhir Maret portofolio saya bertumbuh 29,8% secara YTD tapi turun -4,5% dari bulan Februari ke bulan Maret. Tapi jika dibandingkan IHSG saya sangat beruntung masih bisa mencetak pertumbuhan positif jika dibandingkan IHSG yang turun -2,6% secara YTD.


Kebetulan saya baru saja menonton video Talks at Google yang menghadirkan Howard Marks, penulis buku "The Most Important Things" dan pada awal pembicaraan dia menjelaskan salah satu buku yang menginspirasinya yaitu,"Fooled by Randomness" karya Nassim Nicholas Taleb. Intinya adalah banyak hal yang random atau acak dalam investasi. Tidak seperti ilmu fisika, kimia, dan ilmu sains lainnya yang semua halnya adalah pasti, dunia investasi penuh dengan ketidakpastian. Kenyataan yang terjadi di pasar sering tidak sesuai dengan harapan kita. Orang yang sudah melakukan analisa secara mendalam dan memilih saham dengan sangat hati-hati belum tentu dia mencetak keuntungan yang besar. Orang yang asal memilih saham bisa saja mendapatkan keuntungan tinggi. Itu karena banyaknya hal acak dan ketidakpastian di pasar. Orang yang mencetak pertumbuhan portofolio yang tinggi di tahun ini belum tentu mencetak pertumbuhan yang tinggi lagi di tahun depan. Itu adalah penjelasan dari Howard Marks pada video tersebut. Tingginya pertumbuhan portofolio saya saat ini mungkin hanya bagian dari randomness tersebut.

Saham-saham pilihan
Pada artikel cerita portofolio saya sebelumnya (di sini) saya mengatakan bahwa ada empat saham yang menjadi pilihan saya, yaitu EKAD, MBAP, PTPP, dan KBLI. Dan saat ini ada tambahan dua saham pilihan yaitu MTLA dan TOTL. Tapi saya justru baru membeli dua saham tersebut dan dua saham lainnya yaitu FREN dan LRNA saya beli 1 lot hanya agar bisa ikut RUPS karena saya penasaran, mereka mencetak kerugian padahal produk dan jasanya cukup bagus kualitasnya, apalagi saya pelanggan setia Smartfren.


Alasan saya melepas MBAP dan membeli MTLA dan TOTL adalah karena saya lebih memahami bisnis MTLA dan TOTL dibandingkan bisnis MBAP. Ya walaupun saya juga belum terlalu paham secara mendalam tentang bisnis properti dan konstruksi, tapi pemahaman saya tentang dua bisnis tersebut lebih baik daripada pemahaman saya tentang bisnis pertambangan. Mungkin secara keuangan dan valuasi MBAP jauh lebih bagus dari MTLA dan TOTL. ROE MBAP sangat tinggi dan PER lebih rendah dari MTLA dan TOTL. Tapi secara produk, saya lebih paham produk MTLA dan TOTL karena saya sering melihat produknya secara langsung dibandingkan produk MBAP. Mungkin MBAP memiliki produk batubara yang berkualitas tinggi seperti yang dijelaskan dalam laporan tahunannya, tapi saya tidak pernah melihat secara langsung batubara yang diproduksi oleh MBAP. Sedangkan saya sering melihat secara langsung perumahan Metland Tambun dan Mall Grand Metropolitan di Bekasi milik MTLA. Dan saya sering melewati proyek yang sudah dibangun oleh TOTL seperti MNC Tower, Central Park, Wisma GKBI, dan proyek lainnya yang sedang dibangun.

Mall Grand Metropolitan Bekasi milik MTLA
Itulah mengapa saya lebih memilih MTLA dan TOTL karena saya terlebih dahulu membeli saham yang bisnisnya lebih saya pahami. Walaupun saya melepas MBAP, bukan berarti MBAP itu jelek. MBAP masih merupakan salah satu pilihan saya, dan saham lain seperti EKAD, KBLI, dan PTPP juga merupakan saham-saham yang saya pilih untuk masuk ke dalam portofolio saya. Tapi karena modal saya masih belum cukup untuk membeli saham-saham tersebut maka saya beli dulu saham yang lebih saya pahami bisnisnya. Jika modal saya sudah bertambah lebih besar mungkin semua saham yang menjadi pilihan saya bisa saya masukkan ke dalam portofolio.


Central Park, proyek yang dibangun TOTL
Untuk mengetahui lebih jelas tentang TOTL, beberapa hari yang lalu saya membuat artikel analisa TOTL dalam format PDF. Artikel tersebut terdapat di Channel Telegram Indostock Research. Silahkan kunjungi Channel Indostock Research dan silahakan subscribe apabila ingin melihat artikel-artikel lainnya yang akan diterbitkan oleh kami.

Berbicara tentang pemilihan saham, jika anda mengikuti cerita portofolio saya dari awal sampai sekarang, bisa dibilang saya masih agak labil dalam memilih saham. Saya masih cukup sering gonta-ganti saham hingga saat ini. Ya itu karena memang saya masih belajar memilih saham. Pada saat awal-awal memilih saham saya hanya fokus memilih saham yang memiliki ROE tinggi dan valuasinya murah secara PER dan PBV, maka saat itu saya memilih saham SMSM. Lalu semakin berkembang saya memilih saham dengan menggunakan rasio-rasio keuangan lainnya dan memilih saham seperti IBST, LPCK, EKAD dan lain-lain. Selanjutnya berkembang lagi saya mempertimbangkan sisi kualitatif dalam memilih saham, bagaimana prospek bisnisnya, bagaimana kompetensi dan integritas manajemen, dan sebagainya. Dan belakangan ini saya fokus untuk memahami keunggulan kompetitif dari perusahaan. Seperti itulah proses pembelajaran saya dalam memilih saham dan saat ini masih terus belajar sampai kapanpun. Semoga saja suatu saat kemampuan saya dalam memilih saham sudah matang dan memiliki gaya tersendiri dalam memilih saham.


Tapi hal yang terpenting yang saya pahami sejak awal berinvestasi adalah saya harus melakukan analisa secara mendalam dan hanya membeli saham apabila sudah benar-benar yakin bahwa saham tersebut bagus. Dan saya selalu mempraktekkan hal tersebut. Tidak ada saham jelek yang pernah saya beli. Tidak ada saham yang saya beli karena ikut-ikutan. Tidak ada saham yang saya pilih dengan mata tertutup. Saya selalu melakukan analisa secara mendalam terhadap saham-saham yang saya beli. Hanya saja ilmu dalam menganalisa saham terus saya kembangkan sejak awal sampai sekarang. Saya harap teman-teman pembaca yang baru memulai berinvestasi saham tidak asal membeli saham dan tidak membeli saham hanya karena ikut-ikutan.

Jika anda belum paham sama sekali tentang investasi saham, ada baiknya anda membaca dulu buku tentang investasi saham. Ada beberapa buku yang bagus dibaca untuk pemula yang baru mulai berinvestasi saham, yaitu "How to be A Smiling Investor" karya Lukas Setiaatmadja,"Yuk Nabung Saham" karya Nicky Hogan, dan "Value Investing" karya Teguh Hidayat. Tiga buku tersebut adalah karya penulis Indonesia, bahasanya cukup mudah untuk dipahami, dan dapat anda beli di toko buku atau secara online. Jika sudah membaca buku tersebut anda bisa melakukan analisa saham secara sederhana. Anda bisa langsung praktekkan memilih saham berdasarkan kriteria ROE, DER, PER, PBV dan sebagainya lalu membelinya. Lalu sambil praktek berinvestasi saham, anda bisa terus belajar dan membaca buku saham lainnya seperti "One Up on Wall Street" karya Peter Lynch,"The Intelligent Investor" karya Benjamin Graham, dan "Common Stocks Uncommon Profits" karya Phillip Fisher.


Cukup sekian artikel kali ini, saya ingin mengucapkan selamat belajar terus menerus kepada teman-teman pembaca blog ini. Selalu semangat belajar apapun yang terjadi karena tidak ada kesuksesan yang diraih tanpa belajar. Semoga apa yang saya sampaikan melalui blog ini bisa bermanfaat sebagai salah satu referensi belajar anda. Dan silahkan berikan pertanyaan, kritik dan saran kepada saya melalui kolom komentar, melalui kontak saya yang ada di pojok kanan atas, atau bisa kirim email kepada saya nakulapanji@gmail.com.

Terima kasih.

Rabu, 10 Januari 2018

Portofolio Saya : Perjalanan Masih Panjang


Halo teman-teman pembaca setia blog Investment Student. Kali ini kembali lagi saya membahas cerita tentang portofolio saya. Seperti biasa, setiap tiga bulan sekali saya akan bercerita tentang perjalanan investasi saya. Dengan membagikan cerita tentang portofolio, harapannya adalah kita bisa sama-sama belajar bersama dari waktu ke waktu. Karena pengalaman adalah guru yang paling berharga. Kita bisa belajar dari kesalahan-kesalahan yang terjadi di masa lalu dan terus menerus meningkatkan kapasitas diri. Di grup telegram Analisa Fundamental Saham juga kita sering berbagi cerita portofolio masing-masing agar kita bisa saling belajar. Silahkan bergabung di grup telegram Analisa Fundamental Saham untuk diskusi bersama kami.

Tidak terasa sudah satu tahun saya berinvestasi di pasar modal. Saya mulai berinvestasi pada tanggal 10 Januari 2017. Saya mulai membuat Rekening Dana Investor (RDI) beberapa hari dan prosesnya selesai pada tanggal tersebut. Lalu saya mulai menyetorkan sejumlah uang dan saham pertama yang saya beli adalah saham PT. Selamat Sempurna, Tbk. (SMSM). Lalu selanjutnya saya terus mencari-cari saham apa yang bagus, sambil terus menerus belajar dari buku, blog, forum, grup, dan sebagainya.


Waktu terus berjalan dan saya selalu belajar dan terus belajar karena tidak ada jalan lain untuk sukses selain dengan belajar. Dan saya sangat menikmati proses belajar tersebut. Belajar saham seakan sudah menjadi hobi baru saya layaknya main game online. Salah satu motivator Billy Boen mengatakan bahwa salah satu kunci sukses adalah do what you love, love what you do. Ya, kalau kita melakukan pekerjaan dari apa yang kita senangi maka kita akan menikmati segala prosesnya. Bahkan tanpa dibayar pun kita tetap mau melakukan pekerjaan tersebut. Karena yang namanya hobi pasti kita senang melakukannya. Malah terkadang justru kita menghabiskan uang untuk sebuah hobi. Jika kita senang dan ikhlas melakukan suatu pekerjaan, maka pekerjaan tersebut akan maksimal dan memberikan hasil yang memuaskan. Saya merasa belajar saham sudah menjadi hobi saya dan semoga saya bisa sukses berinvestasi di pasar modal. Amiin.

Bisa dibilang tahun pertama saya dalam berinvestasi saham merupakan pengalaman yang luar biasa. Banyak ilmu yang saya dapatkan dan langsung saya praktekkan. Banyak berkenalan dengan teman-teman baru dan berdiskusi tentang saham dengan banyak orang. Walaupun keuntungan yang saya dapatkan dari investasi sangat kecil (karena modal saya juga kecil), tapi banyak hal yang saya dapatkan selain uang. Saya mendapatkan hal berharga yang tidak dapat dibeli dengan uang. Ya, teman baru dan ilmu baru adalah hal berharga yang tidak dapat dibeli dengan uang. Saya senang bertemu dengan orang-orang baik yang mau berbagi ilmunya. Mulai dari forum Stockbit, lalu beberapa grup seperti grup Syariah Saham, Demokrasi Saham, Analisa Fundamental Saham dan No Worry Investment.

Kinerja Portofolio vs. IHSG
Di tahun 2017 ini, IHSG masih melanjutkan tren bullish alias kenaikan harga yang cukup tinggi. Selama setahun IHSG tumbuh sekitar 20%. Angka Rp. 6.000,- sudah ditembus dan terus naik sampai Rp. 6355,65 pada penutupan perdagangan 29 Desember 2017. Portofolio saya juga tumbuh tinggi dan tidak kalah dengan IHSG.


Nilai Aset Bersih (NAB) portofolio saya tumbuh dari Rp. 1.000,- di awal tahun menjadi Rp. 1.779,38 di akhir tahun atau tumbuh sebesar 77,9%. Pertumbuhan sebesar lebih dari 50% merupakan pertumbuhan yang fantastis. Saya sangat bersyukur di tahun pertama ini saya bisa mendapatkan pertumbuhan portofolio sebesar itu. Ya walaupun modal saya sedikit (hanya cukup untuk beli bakso) tapi persentase pertumbuhan setinggi itu patut disyukuri. Dan ini membuat saya yakin bahwa prinsip Value Investing pasti bisa membuat kita sukses berinvestasi saham. Walaupun ajaran Value Investing merupakan ajaran yang kuno dan 'jadul' tapi bukan berarti ajaran tersebut ketinggalan jaman dan sudah tidak relevan. Nyatanya, saya mendapatkan keuntungan yang tinggi karena menerapkan prinsip Value Investing. Saya yakin prinsip Value Investing akan tetap relevan dan bisa diterapkan sampai kapanpun.

Seperti yang sudah saya ceritakan di artikel Portofolio Saya : Untung Besar dari IBST, saya mendapatkan keuntungan besar dari saham PT. Inti Bangun Sejahtera, Tbk. (IBST) sehingga porto saya di bulan Agustus tumbuh 36,1%. Tapi sayangnya saya menjual terlalu cepat di harga Rp. 4.800,-. Ini merupakan kesalahan karena saya tidak sabar memegang saham IBST. Kalau saya sabar sedikit lagi saja, keuntungan yang saya dapatkan bisa jauh lebih tinggi lagi. Itu merupakan sebuah pelajaran bahwa ketika kita menemukan satu saham yang bagus dan benar-benar kita yakini, kita harus tetap pegang saham tersebut dan jangan dilepas selama kondisi fundamental bisnisnya tidak banyak berubah. Tapi saya juga bersyukur bisa merasakan keuntungan yang besar dari saham IBST.

Setelah itu, saham yang memberikan keuntungan tinggi di portofolio saya adalah saham PT. Mitrabahtera Segara Sejati, Tbk. (MBSS) dan PT. Mitrabara Adiperdana, Tbk. (MBAP). Seperti yang sudah saya ceritakan di Portofolio Saya : Belajar dan Terus Belajar, dua saham tersebut merupakan saham yang mendominasi portofolio saya. Dan pada bulan Oktobar kedua saham tersebut harganya naik tajam. MBAP naik dari Rp. 2.200,- pada saat saya beli, menjadi Rp. 3.660,- di akhir Oktober. Dan MBSS naik dari Rp. 396,- pada saat saya beli, menjadi Rp. 650,- di akhir Oktober. Sehingga portofolio saya tumbuh sebesar 92,8% di bulan Oktober sejak awal tahun. Saya tidak menjual kedua saham tersebut pada titik tertingginya karena belajar dari kesalahan IBST. Tapi akhirnya saya menjual semua saham yang ada di portofolio saya karena saya membutuhkan uang tersebut untuk beli buku, ikut seminar, dan sebagainya.


Saham-saham yang memberikan keuntungan besar memang merupakan saham yang sesuai dengan prinsip Value Investing. Walaupun tidak semua saham yang ada di portofolio menghasilkan keuntungan yang besar, tapi beberapa saham yang memberikan keuntungan besar sudah cukup berhasil membuat portofolio saya tumbuh 77,9% tahun ini. Peter Lynch juga mengatakan bahwa pilihan-pilihan saham kita belum tentu benar semuanya. Tapi apabila 4 dari 6 pilihan saham kita benar sudah cukup memberikan keuntungan yang besar.

Disiplin, konsisten dan tidur nyenyak
Dari bulan November sampai akhir Desember, saya mengosongkan portofolio dan hanya tersisa satu saham PT. Bumi Citra Permai, Tbk. (BCIP) lalu saya jual lagi di akhir Desember. Saya mulai menabung dari awal lagi di tahun 2018. Saat ini hanya satu saham yang ada di portofolio saya yaitu MBAP. Sebenarnya saham-saham pilihan saya tidak banyak berubah sejak artikel pertama tentang portofolio saya. Karena investasi saham itu untuk jangka panjang, jadi kita harus memilih saham yang benar-benar bisa dipegang dalam jangka panjang. Hanya saja, modal saya yang sedikit saat ini hanya bisa untuk membeli MBAP. Jika saya sudah memiliki modal yang cukup, seperti ini rencana portofolio saya.


Kenapa saya memilih 4 saham tersebut? Karena saham tersebut memang sudah saya analisa dan yakin untuk dimasukkan ke dalam portofolio saya. Bisa dicek artikel analisa fundamental dari masing-masing saham tersebut di blog ini. Hasil dari masing-masing analisa fundamental keempat saham tersebut memang bagus dan meyakinkan.

Kenapa cuma punya 4 saham aja? Selain karena modal saya yang kecil, saya hanya ingin pegang 4 saham karena untuk saat ini hanya 4 saham tersebut yang benar-benar saya yakini dan nyaman untuk dipegang. Sebenarnya banyak saham-saham yang juga saya pantau dan ingin saya beli. Tapi saya ingin benar-benar disiplin hanya membeli saham yang saya yakini saja dan akan saya pegang erat. Kalau masih ragu saya tidak ingin membeli saham tersebut. Disiplin memang sulit, tapi untuk sukses memang perlu kedisiplinan yang konsisten.

Tahun pertama investasi ini memang memberikan keuntungan besar untuk saya. Tapi perjalanan masih panjang. Bukti kesuksesan berinvestasi bukan hanya diukur dari kinerja satu atau dua tahun. Tapi minimal 10 tahun. Jika dalam 10 tahun portofolio saya bisa tumbuh lebih dari 20% per tahun maka itu merupakan sebuah pencapaian yang memuaskan. Pertumbuhan yang tinggi memang bagus. Tapi kunci dari kesuksesan yang berkelanjutan adalah konsistensi.


Selain itu, satu tahun pertama ini saya masih belum cukup disiplin dan masih banyak kesalahan. Masih banyak yang harus dipelajari dan diperbaiki. Target saya tahun ini adalah ingin benar-benar menerapkan prinsip Value Investing secara total. Saya harus membaca lagi buku The Intelligent Investor, memahaminya dan mempraktikkannya dengan benar. Dan yang paling penting, saya harus bisa membeli saham lalu tidur nyenyak.

Mungkin cukup sekian artikel kali ini. Semoga target yang saya inginkan bisa tercapai. Semoga kita semua bisa menjadi investor yang sukses. Amiin.

Terima kasih.